Jumat, 03 Desember 2010

Jadi Banci? Haruskah saya?

Tepat pada tanggal 25 November lalu, di tempat dimana saya magang, saya bertemu dengan seorang pria yang kira – kira berumur 29 tahun, yang bekerja sebagai assistant make-up artist dari film yang akan diproduksi oleh Production Film tersebut..Pria dengan tampang melankolis, pendiem, dan rajin shalat ini, tersenyum pada saya pada saat saya sedang berjalan di depan dia. Lalu tiba – tiba dalam hati saya ngomong, “ya ampun, dunia film ya, gak ada yang agak bener apa, mank pasti selalu ya make – up artist harus selalu bencis?” maklum dandanan mukanya menunjukkan bahwa dia adalah seorang “bencong”. Lalu keesokan malam, saya bertemu lagi dengan si “mas” ini. Dan dia tersenyum dan menegur saya “mba” katanya. Lalu saya senyum balik dan menanyakan nama dia. Jeng …. Jeng di dapeti namanya adalah Andi wkwkw ga penting. Lalu saya bersiap – siap untuk pulang kerumah, karena pada saat itu keadaannya sudahh malam sekali, apalagi besoknya tanggl 27 November 2010 sudah mau shooting film yang di produksi oleh PH tersebut ( my 1st time ikut produksi film ) *norak*

Singkat cerita, hari sabtu pun tiba, dan saya berkenalan dengan semua crew yang ikut terlibat dalam produksi film tersebut. Hari – hari saya shooting saya jalani dengan semangat dan penuh antusias, karna ingin mengetahui ini dan itu. Lagi – lagi bukan hanya pembuatan film yang menarik perhatian saya, tapi 3 orang “pria” di sana. Saya penasaran sebenarnya mereka sejak kapan si jadi seperti sekarang ini “pria kemayu”… 2 diantaranya orang make-up, dan yang satunya orang yang mengurusi kostum artis. Dalam waktu tidak begitu lama, saya cukup bisa dekat dengan orang – orang disana. Karena mereka sangat welcome, ramah dan mau mengajarkan ini itu kepada saya *gak pelit ilmu gitu*. Dan saya pun juga ada berteman dengan 3 “pria” tersebut.

2 diantara mereka sangat extrovert, baru ngobrol – ngobrol sebentar saya jadi tau akan kehidupan mereka. Yaa memang tidak secara mendalam, tapi mereka dengan sangat gamblang dan dengan tidak ada rasa malu sama sekali mereka mengakui bahwa mereka adalah seorang wanita, dengan perawakan aja laki. “woow” dengan tampang sok biasa saja saya bilang “ooooo”:p ( padahal dalam hati ter-woow woow ).Jadi dilokasi shooting saya sering mendengar mereka bilang “ uuuu, si mas ini keren banget de apalagi kalo lagi megang video cam nya” wkwkwk speechless saya.

Yaa sebenernya ini memang bukan hal yang tabu untuk saya, karena di kampus saya juga banyak “pria” seperti itu. Cuma bedanya mereka ga secara gamblang memberitahu bahwa mereka adalah seorang gay, dan gaya mereka tidak sama dengan 2 “pria” yang ada di produksi film tersebut, kalau di kampus saya, mereka benar – benar nampak seperti pria tulen yang bener – bener ga ngondek sama sekali.. hahahah…

Balik lagi, selama 6 hari saya memperhatikan 3 pria ini, dan memperhatikan apa aja sihh yang jadi bahan pembicaraan mereka, tingkah laku mereka dan gerak gerik mereka.OK, saya dapati saya penasaran dengan 1 pria pendiam tadi yang saya ceritakan diawal tadi, dia sangat pendiam dan selalu diledikin dengan sebutan yang tidak – tidak oleh si “make-up artis” tersebut, maklum pria ini adalah asistennya. Dan saya mikir “ hmmm, ini orang kok diem banget ya, diomongin yang ga - ga kokk diem aja ya, kadang ngeledekinnya yang agak kelewatan lagi, kayaknya pasrah banget jadi orang…Kasian banget ya ini orang”, lalu saya sempet waktu hari kedua shooting saya keruang make-up mau ambil barang saya di tas, saya melihat ini mas Andi (assistant ) lagi di dandanin gitu sama atasannya, dia diam dan pasrah saja, dan pas kebetulan sekali tiba – tiba mas Andi ini dipanggil untuk nge-retouch artis karena muka artisnya sudah sedikit berminyak..

Ehh dia panik gitu,paniknya panik nyari kapas dan remover buat bersiin make up di mata dia, lalu bossnya bilang “ ihhh bencong, u ngapain sok malu mo ngehapus make-up lo, ya udah la.. u sekarang kan uda jadi bencong”… hmmmmm saya langsung mikir “ihhh ini boss kok ngomongnya gitu si… lalu kenapa harus bilang sekarang kan lo uda jadi bencong ya? Dan kenapa si harus dipaksa – paksa begitu… jahat bangett”. Lalu tiba – tiba mas Andi melihat kearah saya dengan muka gak enakan gitu dan ngomong “aduuu kak Sisca tunggu bentar ya, aku bersiin muka aku bentar aku malu” saya cuma bilang “iya gak apa – apa, hapus dulu aja pakai tissue entar baru pake remover”. Dia bilang “ohh iya ya” --“ . Lalu mulai lagi si boss nya bilang “ ihh bencong, mau jadi asisten gua ya harus ngondet la, dandan aja malu.. mau gimana jadi bencong lo”.. Loh.. lohh.. lohh.. berarti ini mas disuruhkah untuk jadi bencong sama ni boss nya..?

hmmmm….. karena penasaran, dan kasian sama dia setiap kali makan sendiri saya dekati dia dan ajak dia ngobrol.. Ternyata ehh ternyata mas ini sangat pendiam, dan pemalu,( oh ya dia juga orang yang rajin shalat). Wuii susah sekali ajak dia ngobrol, ditanya apa, dijawab sesuai dengan pertanyaan doank, hahaha… Lalu pelan – pelan saya coba iseng – iseng menanyakan pertanyaan basa – basi kepadanya di subuh hari “uda ngantuk belum mas Andi?”, ternyata orangnya jadi mau mulai banyak ngobrol dan bertanya ini itu. Lalu iseng de mulai tanya, “uda lama mas kerja ma dia ( atasan dia )?” Dia jawab , “gak kak, baru aja.. ini aja aku baru pertama kali ikut shooting dan bla bla bla”. Dia juga cerita kalau dia seneng bisa mulai kerja lagi, jadi ternyata ini mas dulunya itu kerja di restoran Jepang, karena ada peraturan di restoran tersebut, tidak boleh ada yang saudara yang bekerja di satu tempat yang sama, dia mengundurkan diri, karena dia mengajak adiknya bekerja di sana jadi dia membiarkan adiknya tetap bekerja disana.

Setelah keluar dari restoran, dia sempat tidak bekerja beberapa bulan. Susah mendapatkan kerja, karena dilihat hanya lulusan sma kak, katanya. Sampai – sampai dia tidak sanggup membayar uang kos dia sendiri, dan kabar dia sedang jadi pengangguran di Jakarta terdengar di kampung oleh ibunya. Karena tidak ingin membuat ibunya yang sedang sakit di kampung tambah cemas, dia berkata, tenang ibu saya masih ada tabungan jadi masih bisa tinggal dan membiayai hidup di Jakarta, padahal sebagian besar gaji dia setiap bulan dia berikan kepada ibunya dikampung untuk membeli obat. Dan setiap bulan dia hanya bisa menabung sedikit dari gaji yang dia dapat dari restoran Jepang tersebut. Ohh ohh ohh, sedih hati ini waktu denger dia bicara seperti itu, saya membayangkan hidup sendiri dengan gaji kecil apalagi di Jakarta ini memang sulit.

Puji Tuhan setelah tidak beberapa lama, akhirnya dia dapat kerjaan di salah satu bank swasta untuk jadi marketing untuk menawarkan kartu kredit ke orang – orang. Alhasil dia hanya sanggup bekerja 2 bulan, karena dituntut untuk kejar target, kalau target tidak tercapai gaji semakin berkurang.. Sedihh mendengernya, gaji pokoknya hanya 700 ribuan, apa – apaan itu!! Dengan gaji sekian dan tinggal di Jakarta, mana cukup untuk membiayai hidup (bayar uang kos, makan, dan mau kasih uang ke ibunya ).

Karena dia cukup rajin *nampaknya* akhirnya dia bisa mendapatkan target yang seharusnya dicapai, capai target pun hanya mendapatkan 1,5 juta. Hmm kasian dengarnya. Karena dulu saya pernah bekerja sebagai guru dengan gaji lebih besar sedikit dari mas Andi, saya rasa saya bisa mengerti bagaimana rasanya. Saya saja yang tidak harus mengeluarkan biaya sewa rumah, hanya mambiayai uang jajan sehari – hari dan makan yang kadang – kadang diluar saja, hanya bisa menabung sedikit, apalagi si mas Andi ini.

Singkat cerita, jadinya dia bertekat untuk berhenti bekerja di bank tersebut dan kebetulan dia berkenalan dengan si “ make- up artis “ ini dan mas Andi ini ditawari untuk bekerja dengan dia, tapi salah satu syaratnya dai diharuskan untuk mau belajar menjadi “banci”. Karena ingin mendapatkan uang dengan gaji yang lebih besar dia mengiyakan untuk bekerja dengan dia, akan tetapi mas Andi ini tidak mengiyakan akan menjadi “banci”.

Si “make-up artis” ini benar – benar berniat untuk membuat mas Andi nampak seperti perempuan, dari alisnya mas Andi dicukur dan dibentuk dengan OK banget, lalu tiap kali shooting dia didandanin dipakein foundation dan bedak, lalu disuruh pake syal juga pula. AMPUNN!! Niat bener dehh.. Lalu tepat di hari terakhir shooting di film pertama, para crew sedang duduk dan berbincang – bincang satu sama lain, tiba – tiba ada salah satu crew bilang begini kepada “make-up artis” tersebut.” Ehh, u bencong kok bukan bawa asisten yang sesama juga si, mala bawa yang tulen”. Lalu si “make-up artis” ini menjawab sambil menunjuk kepada mas Andi, “iyaaa ni, sok gak mau jadi bencong, sekarang mah muka dia udah gua bikin bencong abiss kali, mana ada yang mau ma dia. Ehh cong ( tertuju untuk mas Andi ), lo kalau gak mau ngondek, gak gua jadiin asisten gua lagi lo! Pokoknya produksi berikutnya lo ga ngondek awas lo ya, gak gua ajak lagi jadi asisten gua”.

Dan seperti biasa mas Andi hanya diam dan senyum – senyum saja. Lalu beberapa menit pun berlalu dan para crew mulai bekerja kembali, dan mas Andi menyamperi saya dan berkata, “saya udah biasa kak diledekin begitu sama kak yyy ( si make-up artis ),dipaksa dan diledek ini itu. Tapi saya mau jadi diri saya sendiri deh kak, saya gak mau juga kalau disuruh jadi banci begini. Saya gak mau peduli lagi de kalau dia mau pecat saya yaudah la ya kak, saya masih bisa cari kerjaan lain yang halal dan tetep menjadi diri saya sendiri” dengan muka – muka sedih dan berkaca – kaca dia bilang begitu kepada saya.

Agak kaget karena mas itu tiba – tiba curhat begitu ke saya. --“ Bingung mau jawab apa dan bersikap seperti apa karena melihat dia seperti itu saya hanya menjawab,” iya lah mas, kalau memang gak mau ya gak apa – apa, kalau memang entarnya gak kerja di bidang seperti ini ya gak apa – apa, mungkin memang Tuhan berencana hal lain”. Dan dia bilang, “iya si saya juga uda berdoa sama “allah” minta petunjuk dia aja lah, dan liat dia mau bimbing saya kemana lah ”. “Nah itu bagus mas, tetap doa sama Tuhan dan serahin semua ke Tuhan aja, nanti pasti bakal dikasih kerjaan yang tepat kok buat mas” kata saya. Hmm saat itu saya langsung teringat akan Mazmur 23 : 1 – 6 :

Mazmur Daud. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang rumput yang hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang, Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dala, lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku, gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku, Engkau mengurapi aku dengan minyak, pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan menghibur aku, seumur hidupku, dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.


Hmm, dari dia saya teringat akan Mazmur 23 : 2-6. Saya menangkap dari perkataannya dan sikap hidup dia sehari - hari, dia adalah orang yang berserah penuh kepada Tuhan. Dia berdoa, meminta dan menyerahakan kehidupan dia sepenuhnya dalam Tuhan. Rasanya berasa dikemplang sama Tuhan,"liat tu orang"

Sudahkah saya menjadikan Tuhan sebagai gembala saya? Sudahkah saya berserah total kepada Tuhan? Dan sudahkah saya menjadikan Tuhan sahabat penghibur saya di saat saya sedang ada masalah? Sudahkah kita teman - teman? Sadarkah kita, kita mungkin sering kali tidak seperti Daud yang percaya, menyerahkan dan meletakan masalah kita di “box” Tuhan untuk Tuhan selesaikan, dan kita sering sekali khawatir akan masalah yang sedang disodorkan kepada kita. Mari kita belajar berserah dan kepada Tuhan dan letakan semua pemasalahan, pergumulan dan doa kita di “box” Tuhan. :)


Tuhan ajarkan aku Tuhan untuk menjadi anakMu yang sungguh berserah penuh kepadaMu.

2 komentar:

  1. Amin, masih banyak orang baik, let's move on, It's not about world, but how to think well,... Tuhanlah gembalaku Takkan kekurangan Aku

    BalasHapus